Sabtu, 03 Oktober 2009

Dunia sehat keluarga

Penis Patah, Mungkinkah?
shutterstock.com


KOMPAS.com — Sebenarnya menyebut patah (fracture) untuk penis agak kurang tepat karena penis tidak memiliki jaringan tulang. Namun, suara mirip patahan, rasa sakit yang hebat, serta luka memar dan bengkak yang ditimbulkan mirip dengan kejadian patah pada tulang.

Pada dasarnya, penis fraktur terjadi karena ada trauma pada bagian corpus cavernousum, lapisan silinder yang terdapat di penis. Corpus cavernousum mengandung jaringan ereksi yang mirip spons yang tugasnya menampung darah selama ereksi.

Meski sangat jarang, di seluruh dunia sejak tahun 1935-2001, tercatat ada 1.331 kasus penis patah yang dilaporkan. Biasanya, kejadian ini menimpa remaja laki-laki karena biasanya ereksi pada usia mereka masih keras dan kaku.

Menurut Drogo Montague, MD, ahli urologi dari Cleveland Clinic, AS, saat penis fraktur terjadi, penis akan terlihat hitam dan biru yang disertai dengan rasa sakit.

Penis patah, menurut Montague, paling sering terjadi karena seorang pria terlalu heboh atau bersemangat memainkan juniornya saat melakukan penetrasi. "Wanita yang bergerak terlalu bersemangat saat berada di posisi woman on top juga bisa menyebabkan penis patah," katanya seperti dikutip situs kesehatan WebMD.

Senada dengan Montague, Dr Darius Paduch, ahli urulogi dari New York Presbyterian-Weill Cornell Medical Center, menjelaskan, penis patah sering kali terjadi saat aktivitas seksual dilakukan.

"Kebanyakan kasus yang dilaporkan terjadi saat posisi woman on top. Ada juga kejadian hubungan seks dilakukan saat wanita duduk di meja dengan posisi pria menghadap langsung. Tapi penis salah dimasukkan dan mengenai meja," kata Paduch.

Selain aktivitas seksual yang terlalu heboh, berguling di tempat tidur dengan posisi penis sedang ereksi saat seorang pria tidur juga diduga bisa menyebabkan penis fraktur. Kejadian penis patah juga pernah dilaporkan akibat seorang pria terburu-buru berpakaian saat penisnya masih dalam kondisi tegang.

Menurut Paduch, penis patah tidak bisa diobati hanya dengan mengompres dengan es. Penderita harus segera berobat ke dokter karena operasi adalah terapi pengobatan yang paling tepat untuk kondisi ini. Sebuah penelitian menyebutkan, dari sembilan pria yang melakukan operasi, mayoritas mendapat kesembuhan dan bisa ereksi dengan normal pascaoperasi.





Ketika Anak Bertanya tentang Seks



shutterstock
Batasi interaksi anak pada situs yang memberikan informasi berlebih mengenai seks.
Selasa, 15/9/2009 | 17:37 WIB

KOMPAS.com — Perkembangan teknologi informasi membuat anak-anak kita sangat mudah mendapatkan informasi mengenai apa pun, tidak terkecuali seks. Tidak jarang, informasi yang mereka dapatkan secara bebas tersebut memicu rasa penasaran. Bagaimanakah orangtua harusnya bersikap?

Berdiskusi seks dengan anak memang terasa sangat aneh, tetapi lebih baik bagi anak-anak jika sumber informasi mengenai hal tersebut didapat dari orangtuanya. Dengan begitu, anak-anak dapat mengerti apa itu hubungan seksual, dan bagaimana membuat dirinya bersikap atas hal itu dengan porsi yang wajar.

Banyak penelitian menyimpulkan, cara bercerita mengenai seks kepada anak-anak adalah dengan bentuk diskusi yang terbuka dan jujur. Hal ini artinya, orangtua sudah harus menciptakan rasa aman bagi anak-anak untuk bercerita akan apa pun juga, sejak mereka masih kanak-kanak. Dengan begitu, pada saat Anda mengawali diskusi, anak-anak tidak merasa tengah diinterograsi oleh orangtuanya. Berikut panduan yang dikumpulkan Prevention dari beberapa penelitian yang ada:

1. Waktu yang tepat untuk mulai berdiskusi mengenai seks pada anak-anak adalah saat mereka memasuki usia sekolah dasar. Usia ini adalah usia yang cukup bagi anak-anak mengerti pesan yang kita sampaikan. Setiap kali anak bertanya, seaneh apa pun pertanyaannya, cobalah untuk bereaksi sewajar mungkin. Dengan demikian, anak tidak akan merasa takut untuk menemukan jawaban dari orangtuanya.

2. Jika Anda merasa tidak nyaman untuk memulai diskusi, jadikan film atau lagu dewasa yang tengah menarik perhatiannya sebagai perantara. Kenalkan apakah itu perasaan jatuh cinta, berteman yang sehat dengan lawan jenis, dan yang terpenting bagaimana membuat keputusan untuk diri sendiri.

3. Jadikan perpustakaan dan tokoh agama sebagai sumber informasi tambahan anak. Ini akan membantu anak mendapat gambaran, bagaimana seharusnya hubungan lawan jenis, hubungan keluarga, dan pertemanan dibentuk. Dengan demikian, anak dapat mengerti bahwa setiap hubungan yang terjalin memiliki rasa tanggung jawab untuk menghargai sesama.

4. Batasi interaksi anak pada situs yang memberikan informasi berlebihan mengenai seks. Ini artinya, orangtua tetap harus memantau bahwa setiap informasi yang diterima anak sesuai dengan kebutuhannya.

Penis Bengkok akibat Masturbasi?
/
Artikel Terkait:

* Mungkinkan Penis Saya Patah?
* Penjual Penis Palsu untuk Kelabui Tes Narkoba Diadili
* Penis Bau, Normalkah?
* Gagal Ngeseks Gara-gara Penis Terpeleset Keluar
* 5 Cara Ngeseks Tanpa Penetrasi

Sabtu, 28 Maret 2009 | 23:09 WIB

Konsultasi Seksologi di Tabloid Gaya Hidup Sehat dengan Prof. Wimpie Pangkahila, Sp.And (*)

"Saya seorang pria berusia 32 tahun, belum menikah. Saya mengalami kelainan alat kelamin dan gangguan seksual. Dari dulu sampai sekarang saya masih sering melakukan masturbasi. Hal ini sudah berlangsung mungkin lebih dari 10 tahun. Sekarang alat kelamin saya tidak lurus atau bengkok ke kiri, bengkokannya sekitar 30 derajat lebih.

Apakah ini terjadi karena saya sering melakukan masturbasi? Mungkinkah kebiasaan saya memakai celana dalam ketat yang menyebabkan pembengkokan?
Apakah ini akan memengaruhi ketika melakukan hubungan badan (misalnya istri merasa sakit karena miring)? Apa yang harus saya lakukan?

Saya masih ingat waktu dulu saya sering terangsang ketika melihat wanita yang seksi. Sekarang, jangankan melihat wanita seksi, mungkin menonton blue film pun saya belum tentu terangsang. Apakah ini terjadi karena masturbasi yang saya lakukan?
BI, Jakarta

Terpengaruh Mitos
Tampaknya mitos mengenai masturbasi masih kuat memengaruhi persepsi masyarakat. Padahal, informasi yang benar tentang masturbasi cukup sering disampaikan melalui berbagai kesempatan.

Masih banyak orang yang beranggapan salah tentang masturbasi, seperti Anda. Banyak orang yang beranggapan bahwa masturbasi dapat menimbulkan akibat antara lain menjadi mandul, gangguan ereksi, tulang keropos, dan memori terganggu.

Yang benar, masturbasi tidak menimbulkan akibat buruk apa pun secara fisik. Pendapat ini didasarkan pada banyak penelitian yang telah lama dilakukan.

Memang pada abad ke-18 pernah beredar buku yang menguraikan berbagai penyakit akibat masturbasi. Buku itu cukup menggemparkan, bukan hanya pada waktu itu, tetapi hingga untuk waktu yang lama. Namun, setelah banyak penelitian yang dilakukan dengan benar, terbukti dengan jelas bahwa masturbasi tidak menimbulkan akibat buruk apa pun secara fisik.

Bagaimana dengan akibat psikis? Akibat psikis, seperti perasaan bersalah, dapat timbul bila yang bersangkutan menganggap aktivitas melakukan masturbasi merupakan perbuatan dosa. Meski begitu, kalau yang bersangkutan tidak menganggap itu suatu dosa atau kesalahan, tidak akan muncul akibat psikis. Jadi, akibat psikis yang mungkin muncul sangat bersifat subjektif.

Aktivitas masturbasi sebenarnya telah dilakukan oleh setiap manusia pada masa anak-anak, baik wanita maupun pria. Dalam perkembangan psikoseksual setiap manusia, ada suatu fase ketika anak-anak senang memegang-megang kelaminnya.

Bahkan, sebagian anak dapat mencapai orgasme. Sesungguhnya ini adalah suatu bentuk masturbasi, seperti yang dilakukan remaja dan dewasa. Bedanya, pada masa anak-anak masturbasi tidak direncanakan.

Mengenai penis Anda yang bengkok ke kiri, saya berani pastikan itu bukan akibat melakukan masturbasi. Penis normal memang tidak harus lurus benar ke arah depan, terutama pada saat ereksi. Keadaan bengkok normal ini umum terjadi dan tidak menimbulkan keluhan dan masalah apa pun.

Namun, ada juga keadaan tidak normal yang mengakibatkan penis menjadi bengkok dan terasa sakit khususnya ketika ereksi. Akibatnya hubungan seksual terganggu, bahkan terhambat. Gangguan ini terjadi pada penyakit peyronie

Jumat, 02 Oktober 2009

Dunia sehat keluarga

Komunikasi Seks
shutterstock
Ilustrasi
/

Sabtu, 3 Oktober 2009 | 10:57 WIB

KOMPAS.com - Seringkali masalah seksual suami istri timbul karena hambatan komunikasi. Misalnya saja, istri terbuka, suami tertutup, suami liberal, istri konservatif, dan masih banyak lagi.

Untuk membuka sekat komunikasi, John Gray, penulis buku Mars and Venus in the Bedroom, menganjurkan agar pasangan saling mengajukan beberapa pertanyaan berikut:

1. Apa yang kamu sukai ketika melakukan hubungan seks dengan saya?

2. Bagaimana perasaan kamu ketika melakukan hubungan seks dengan saya?

3. Apakah kamu menyukai hubungan seks yang lebih sering?

4. Berapa kali hubungan seks yang kamu sukai setiap minggu?

5. Apakah kamu menyukai pemanasan lebih lama?

6. Adakah sesuatu yang khusus yang sebaiknya saya lakukan bulan depan ketika melakukan hubungan seks?

7. Adakah kamu menyukai cara tertentu ketika saya menyentuh tubuh kamu? Kalau ya, maukah kamu menunjukkan caranya?

8. Adakah sesuatu yang baru yang kamu ingin kita berdua mencobanya?

9. Adakah sesuatu yang biasa saya lakukan yang ingin saya melakukannya lebih sering?

Tentu saja pertanyaan-pertanyaan di atas bisa dibuat dalam bentuk lebih halus karena bicara tentang seks sangatlah peka

Dunia sehat keluarga

Komunikasi Seks
shutterstock
Ilustrasi
/

Sabtu, 3 Oktober 2009 | 10:57 WIB

KOMPAS.com - Seringkali masalah seksual suami istri timbul karena hambatan komunikasi. Misalnya saja, istri terbuka, suami tertutup, suami liberal, istri konservatif, dan masih banyak lagi.

Untuk membuka sekat komunikasi, John Gray, penulis buku Mars and Venus in the Bedroom, menganjurkan agar pasangan saling mengajukan beberapa pertanyaan berikut:

1. Apa yang kamu sukai ketika melakukan hubungan seks dengan saya?

2. Bagaimana perasaan kamu ketika melakukan hubungan seks dengan saya?

3. Apakah kamu menyukai hubungan seks yang lebih sering?

4. Berapa kali hubungan seks yang kamu sukai setiap minggu?

5. Apakah kamu menyukai pemanasan lebih lama?

6. Adakah sesuatu yang khusus yang sebaiknya saya lakukan bulan depan ketika melakukan hubungan seks?

7. Adakah kamu menyukai cara tertentu ketika saya menyentuh tubuh kamu? Kalau ya, maukah kamu menunjukkan caranya?

8. Adakah sesuatu yang baru yang kamu ingin kita berdua mencobanya?

9. Adakah sesuatu yang biasa saya lakukan yang ingin saya melakukannya lebih sering?

Tentu saja pertanyaan-pertanyaan di atas bisa dibuat dalam bentuk lebih halus karena bicara tentang seks sangatlah peka